A bunch of text.
A life.
Tok Tik
Minggu, 14 April 2013
Is it OUR ending?
“Dion kemana, Nay?”
Naya menoleh sebentar ke arah Kak Maya sebelum memalingkan
wajahnya. Ia menggigit bibir bawahnya. Dengan ragu-ragu, ia menjawab, “Err, di
aula kali, kak.”
“Kok kali, Nay? Kenapa? Kalian berantem?”
Kadang punya teman seperti Kak Maya bukanlah pilihan bagus,
pikir Naya. Ia selalu ingin tahu. Garis bawahi itu, ingin tahu. Tentang
hal apapun—terutama yang membuatnya penasaran. Tapi mungkin karena faktor nama
yang hampir sama lah membuat mereka cepat akrab dan berteman baik.
“Enggak kok, kak. Hehe.” Naya hanya mengeluarkan cengiran
kecilnya. Sementara Maya yang tidak percaya melihat gelagat meragukan Naya pun
memicingkan matanya. Perlu 1000 tahun bagi Naya jika ingin membohonginya.
“Beneran?”
“Iya, kakakku sayang~”
“Tapi nanti kalo ada apa-apa cerita ya?”
“Aye!”
Hampir saja, batin Naya. Ia memang akhir-akhir ini ingin
menjauh dari Dion. Dan ia melakukannya. Mulai dari jarang membalas sms dari
Dion hingga selalu menghindar jika melihat atau akan berpapasan dengan pacarnya
itu. Sejauh ini Dion memang tak pernah mengatakan apa-apa namun tetap saja Naya
yakin remaja lelaki itu menyadari kelakuannya. Dion seperti memberinya waktu
untuk melakukan apa yang Naya mau sementara dirinya sendiri berdiri terdiam dan
menunggu Naya untuk kembali padanya.
Jika itu benar adanya, Naya akan merasa seperti orang yang
tidak punya hati.
“Pasti berantem lagi deh.” Gumam Maya tapi sempat terdengar oleh telinga Naya.
“Apa?”
“Eh?” Maya yang baru sadar jika gumamannya terdengar segera
mengarahkan dagunya—seolah menunjuk ke arah jauh di depan mereka.
Naya refleks menoleh ke arah yang ditunjuk Maya dan
menemukan Dinda dan Delon berdiri berhadap-hadapan di bawah ring bola basket.
Mereka tampaknya tengah membicarakan masalah yang cukup serius.
“Padahal baru aja pacaran tapi sering berantem.”
Hah, dasar pasangan baru----
--APA?
“Apa?” Naya segera menatap Maya tak percaya. Ia tidak pernah
punya keluhan tentang pendengarannya, jadi kemungkinan apa yang ia dengar tadi
sama sekali tak salah.
“Apanya, Nay?”
“Mereka udah jadian?” Sebisa mungkin Naya menjaga suaranya
agar terdengar tetap normal.
“Yap, baru aja.”
“Oh.”
Tidak, banyak sekali kata yang ingin ia utarakan saat itu.
Bukan hanya Oh, sungguh. Rasanya...ia
benar-benar patah hati kini. Di saat ia menjauh sebentar saja dari Delon. Di
saat perhatiannya mulai terfokus pada Dion, dulu. Di saat ia ingin mencoba
dekat kembali dengan Delon. Di saat ia merasa...melepaskan Dion dan mendapatkan
Delon adalah hal yang benar.
Apa ini karma?
Padahal ia belum melakukannya tapi efeknya sudah terasa sesakit ini,
bagaimana jika ia malah sudah mengakhirinya?
Dan kenapa harus Dinda? Dari sekian gadis yang ada di dunia,
kenapa harus dia? Kenapa harus gadis yang sangat membencinya semenjak ia mulai
mengenal Delon? Kenapa harus gadis yang selalu mengekor Delon ke mana-mana?
Sungguh, kenapa?
“Eh Nay, aku pulang dulu ya. Mamaku udah sms nih.”
Naya yang sedari tadi menatap tanah dengan pandangan kosong
segera mengalihkan perhatiannya ke Maya yang sedang berkutat dengan hpnya.
Mencoba tersenyum ia menjawab,
“Oke. Hati-hati ya kak!”
Maya pun hanya mengangguk dan mulai menjauh pergi.
Seketika itu pula Naya baru teringat sesuatu. Bukankah Delon
sendiri pernah berkata bahwa ia sama sekali tak menyukai Dinda dan tak akan mungkin
menyukainya? Tapi kini? Cih, pembohong.
Tiba-tiba Naya merasa dadanya sangat sesak dan air mata yang
tertimbun di pelupuknya kini mencoba keluar, menyapu wajahnya. Ia hanya bisa
menangis dalam hati dan menahan air matanya itu. Tak boleh ada seorang pun
bahkan sesuatu pun yang meruntukan ketegaran dan kokohnya topeng itu.
Tanpa pikir panjang ia segera meraih hp-nya dan mengetik
sms.
To: Mine.
Kamu dimana? Aku
kangen.
Tak lama kemudian ada sms masuk di inbox hp-nya,
From: Mine.
Aula. Ke sini aja. Aku
juga kangen, kita jarang ketemu soalnya hehe.
Naya tak peduli jika ada orang yang menganggapnya menjadikan
Dion sebagai pelampiasan saat ini. Ia hanya butuh sandaran yang kokoh dan
mengamankan. Dan hal itu hanya bisa ia dapatkan dari Dion. Hanya Dion.
Ia baru saja akan berjalan menuju Aula saat ia teringat
sesuatu yang penting.
To: My be<3d bestie="" i="">3d>
He’s taken. The others
MINE.
I just cant stand it
anymore. I dont care if you’ll call me overact or dramaqueen. But really, Im
about to die.
....senayadelon...
Label:
cerpen,
SNAD Series
Langganan:
Postingan (Atom)